Rabu, 01 Juli 2015

Untukmu, yang Selalu Datang dan Pergi Semaumu



Halo, apa kabar? Apa kau baik-baik saja? Terkadang kita tidak bisa memaksakan sesuatu apalagi itu hanya untuk keinginan pribadi. Aku sadar, aku telah melakukan kesalahan di masa lalu. Mengabaikan seseorang yang telah membuka hatinya untukku, dan lebih memilih kembali padamu. Sejujurnya akupun tidak menginginkan hal ini terjadi.

Perkenalan singkat yang tak terduga


https://setipe.com/advice/memulai-langkah-baru/terbukti-berhasil-10-cara-ampuh-mengajak-orang-kenalan-part-2

Kau ingat saat pertama kali kita berkenalan? Aku sangat ingat itu. Saat itu kau melakukannya terlebih dahulu. Dengan aplikasi media sosial yang menjamur di ponsel pintar, kau menemukanku dan memulai untuk berkenalan. Dengan ringannya aku pun membalas perkenalanmu.
Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan kita saling mengenal, berkomunikasi dengan media sosial yang berperan besar pada perkenalan kita untuk pertama kalinya, aku merasa nyaman. Bukan karena aku mudah menyukai seseorang, tapi aku merasa nyaman saat kita saling berkomunikasi satu sama lain walaupun itu bukanlah sesuatu yang penting. Tapi aku merasa nyaman, mungkin sebagai teman.

Kau berikan perhatian yang tidak biasa hingga membuat hatiku luluh namun, kita tidak berteman, tapi juga bukan pasangan kekasih




https://12n92.wordpress.com/2012/10/09/ttm-hts-kah/

Kita berteman kan? Aku selalu berpikir seperti itu. Namun sikapmu menunjukkan lebih dari itu. Perhatianmu yang tersirat dalam setiap sikapmu membuat jantungku berdegup tak karuan. Aku selalu meyakini bahwa kita memang berteman, tapi pada akhirnya dinding pertahananku perlahan melemah. Sikap perhatianmu pada setiap hal-hal kecil mengenai diriku membuat hatiku luluh. Menyadari itu, aku memberanikan diri untuk bertanya mengenai sikap-sikap itu kepadamu. Tapi kau hanya tersenyum simpul.
Setiap hari rasanya tidak kita lalui tanpa saling berkiriman pesan. Hubungan kita semakin dekat dan kau pun sesekali datang kerumahku dengan alasan:
“aku ingin bertemu kamu”
Oh, betapa senangnya hatiku hanya mendengar kata-kata itu dari mulutmu. Tapi aku pun sedih karena kau tak kunjung menyatakan perasaanmu dengan jelas dan meminta aku untuk menjadi pasanganmu seperti wanita dan pria lain yang sering aku lihat ketika mereka mengikrarkan untuk menjadi pasangan. Hubungan kami lebih dari pertemanan biasa, tapi kami pun bukanlah sepasang kekasih. 

Waktu yang terasa cukup lama, namun berakhir menyedihkan


 
http://unosites.blogspot.com/2013/07/cerita-sedih-tentang-cinta-cinta-pertama.html

Sudah berapa lama kita telah menjalani hubungan seperti ini? Aku tidaklah berbeda dengan wanita lain yang ingin memiliki kejelasan dalam berhubungan. Pada akhirnya kau mengatakan bahwa kau sayang kepadaku dengan jelas. Sejak saat itu kita resmi menjadi pasangan.
Sesekali aku membuat percobaan masakan hanya untuk menyenangkanmu, memberikanmu makan siang ketika kau di kantor, semua itu aku lakukan dengan senang hati. Walaupun aku ragu apakah masakanku terasa enak atau tidak, tapi kau selalu bilang:
“masakanmu enak, aku habiskan ya!”
Hubungan kita berjalan cukup lama, tapi kau masih terlalu menutup diri padaku. Aku tidak bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padamu sampai ketika kau menghilang. Setelah kita melalui waktu yang cukup lama, mengapa ini berakhir menyedihkan? Terkadang aku memikirkan apakah aku telah membuat kesalahan, sampai akhirnya aku tak berhasil menemukanmu dan aku beranikan diri untuk mengirim pesan bahwa aku ingin (dengan terpaksa) mengakhiri hubungan ini. Kau pun diam tanpa membalas apapun.

Kedatanganmu kembali membuat usahaku sia-sia untuk melupakanmu




 https://anzielova.wordpress.com/2013/07/21/belum-bisa-move-on/
Berbulan-bulan aku menunggumu hanyalah sebuah kesia-siaan. Kau tetap diam tak bergeming di persembunyianmu. Dengan diamnya dirimu, aku mengartikan bahwa kau menyetujui menyudahin hubungan ini. Aku pun kembali menjalani hari-hariku seperti biasa. Sampai ketika aku menemukan hati yang lain untuk bersandar. Ia datang dengan segala kehangatannya. Aku tak yakin apa aku sudah bisa melupakan apa yang terjadi di masa lalu atau belum, tapi seseorang pernah berkata bahwa:
“lupakan cinta dengan cinta”
Seperti tak lelah, ia terus membawaku keluar dari keterpurukanku dan memberikan harapan baru untukku.
Ketika aku mulai menyembuhkan kembali hatiku yang telah terluka, tiba-tiba kau datang memasuki kembali hidupku. Sejauh ini aku sudah berusaha untuk tidak melihat dan berharap pada masa lalu, aku pikir aku telah berhasil, tapi kedatanganmu membuat semua itu sia-sia. Hati kecil yang tidak bisa kubohongi tanpa kusadari masih mengharapkanmu. Melepaskan orang yang sangat tulus menyayangiku dan memilih untuk kembali kepadamu memang hal yang egois tapi akupun tak kuasa membohongi perasaan ini.  

Hingga aku sadari bahwa kau datang dan pergi semaumu tanpa mempedulikan aku yang rela terluka




 http://aguskusuma.blogdetik.com/mutiara-kata/makna-cinta-yang-sesungguhnya/

Kita kembali bersama menjalani hubungan ini. Kau yang kini telah berubah menjadi pribadi yang lebih baik, meyakinkanku bahwa kau tak akan lagi meninggalkanku dan menjanjikan bahwa aku adalah masa depanmu.  Sirat matamu pun seakan berkata itu juga kepadaku.
Sekian lama kita berjalan, pada akhirnya kini kau pun pergi lagi seperti saat itu. Tanpa sebab yang aku tahu, kau melakukannya lagi. Kini aku pun tak tahu harus kearah mana. Rasa sedih, kecewa, menyesal, dan tak percaya memenuhi ruang hati ini. Kau datang dan pergi semaumu tanpa kau pedulikan aku yang rela terluka hingga hari ini. Semoga cukup hanya aku saja yang kau perlakukan seperti ini.


----------------------------------------------------------------------------------------

I just shared this story to Hipwee.com