Title : Eternity of Sleep
Author : Teko a.k.a Riri
Genre/rate : angst / NO RATEEEEE!!
Fandom : the gazette
Pairing : reitaxruki
Douzo~
#!#!#!#!#!#!#!#!#!
Summary : ‘Reita.. kau tidak boleh meninggalkanku! Bangun, Rei..’
#!#!#!#!#!#!#!#!#!
Matahari sudah hampir menghilang dibalik pepohonan sebelah barat. Langit bersih dan cerah, hening lagi jernih udaranya. Puncak pohon kayu yang tinggi-tinggi berkilauan bagai dihampiri emas perada, sebab sinar penghabisan sang surya yang hendak masuk ke peraduannya. Sementara itu, dibawah pepohonan sudah mulai gelap, sedang hawa berangsur-angsur menyapa.
Seorang pemuda dengan bersimbah darah tergeletak di jalan. Tepat dibawah lampu jalan, darah itu semakin terlihat.
Warna merah pekat bercampur dengan hitamnya aspal dan bau amis yang menyengat. Tak seorang pun yang berani menyentuh pemuda itu meskipun banyak dari mereka yang berlalu-lalang.
Dari ujung jalan sana terlihat seorang anak berlari menuju pemuda yang tengah tergeletak itu. Butiran-butiran Kristal terus menetes dari pelupuk matanya. Teriakan bercampur suara tangisnya memecah suasana malam itu. Pemuda itu terus mengeluarkan darah dari tubuhnya. Bau alkohol sangat terasa disana. Tusukan benda tajam diperutnya semakin membuatnya tak berdaya. Pingsan. Entahlah atau mungkin sudah mati.
Anak itu terus berlari, menghantam dinginnya malam tanpa baju hangat.
‘Reita.. bangun..’ –isakan tangis anak itu semakin menjadi ketika melihat pemuda yang tepat dihadapannya bersimbah darah. Kini kaos putihnya telah berubah warna menjadi merah dan bau amis yang berpindah pada kaosnya.
Anak itu terus memanggil nama kekasihnya, Reita.. agar pemuda itu segera bangun. Ia terus merangkul memeluk tubuh pemuda itu dengan butiran-butiran Kristal yang terus menetes. Namun pemuda itu tak merespon apapun. Kulitnya kini pucat pasih.
‘Rei.. bangun.. jangan seperti ini’ –rintih anak itu dengan terus memeluk tubuh kekasihnya yang mungkin sudah tak bernyawa akibat darah yang terus keluar dari tubuhnya.
‘Reita.. kau tidak boleh meninggalkanku! Bangun, Rei..’ –anak itu terus menggoyah-goyahkan tubuh kekasihnya namun tetap tak ada satupun jawaban darinya.
Tubuh dihadapannya kini terbujur kaku, detak jantungnya tersenggal-senggal dan semakin melemah dan hilang. Anak itu terus menjeritkan nama kekasih tercintanya, berharap dengan teriakan kerasnya itu kekasihnya dapat mendengar dan kembali sadar. Lagi-lagi teriakannya hanya sia-sia, tubuh kaku dihadapannya tetap tak bergeming. Hanya ada suara-suara burung gagak dari atas pohon sana. Menuntun kekasihnya diambang kematian, menemanianya ketempat peristirahatannya yang terakhir. Tidur dalam keabadian.
#!#!#!#!#!#!#!#!#!
Ruki’s POV
Kau tau hal paling ku benci di dunia ini?
Ya.. masa lalu. Masa lalu yang kelam. Itulah hal yang sangat ku benci. Berada dalam sangkar seperti halnya sangkar emas yang cantik nan menawan untuk dipandang namun tak bisa dipegang. Dengan kata lain, semua hanya bisa memandangiku yang terkurung tanpa bisa menyentuh sangkar itu. Berada dibawah kekuasaan seorang tuan yang telah membeliku dan sebagai gantinya, aku harus mematuhi apa yang beliau inginkan.
Sakit..
Pedih..
Tersiksa dalam sangkar yang menyedihkan tanpa ada seorang pun yang bisa membebaskanku ke tempat yang ku inginkan.
Terpuruk dalam kesendirian, ketakutan dan tersiksa olehnya.
Neraka..
Cambukkan mendera di tubuhku jika tidak bisa memuaskan apa yang tuan ku inginkan.
Begitu rendah.. Bahkan sangat rendah diriku dihadapannya.
Sungguh menyakitkan. Masa lalu yang gelap tanpa sedikitpun cahaya dan harapan yang telah sirna terpupus oleh kekejaman tuanku.
Memanfaatkan tubuhku yang rentan untuk memuaskan nafsu birahinya.
Menjijikan..
Memalukan..
Begitu malang nasibku..
Seperti sebuah keajaiban, kini aku tak akan merasakan masa-masa yang menyakitkan itu setelah seorang pemuda berambut pirang dengan noseband diwajahnya membebaskan dan membawaku ketempatnya. Ke tempat dimana aku hidup bebas tanpa dikendalikan orang lain. Merasakan mencintai dan dicintai, menyayangi dan disayangi. Sentuhan tulusnya. Terimakasih, Reita..
Ruki’s POV –END
#!#!#!#!#!#!#!#!#!
Setelah ditinggal kekasihnya kini anak itu menjalani hari-harinya disebuah tempat dimana orang-orang yang tinggal didalamnya memiliki gangguan kejiwaan, seperti dirinya yang kini hanya bisa melihat dengan tatapan kosong tanpa kesadaran. Sesekali ia menangis tanpa sebab lalu tertawa dan kemudian meronta-ronta.
Hanya satu nama yang selalu ia sebut, nama kekasihnya, Reita..
Orang yang sangat ia cintai lebih dari dirinya sendiri. Orang yang selalu berada disampingnya saat suka maupun duka. Orang yang tau bagaimana cara memanjakannya, membelai rambut coklatnya, mengecup lembut bibir merahnya dan memperlakukannya laik seorang putri, penuh kelembutan dan kasih sayang.
Reita.. orang yang selalu mengerti bagaimana perasaanya. Mengeluarkannya dari belenggu kemunafikan dan kepalsuan orang-orang. Menempatkannya ditahta tertinggi diatas segalanya. Menyadarkan arti cinta yang tulus dan menjaganya dari jamahan tangan-tangan kotor orang-orang yang ingin menodainya.
Noseband yang selalu dipakai oleh kekasihnya, ia genggam dengan erat, berharap kekasihnya kembali untuk menjemputnya dan hidup bersama seperti dulu.
~~~tsuzuku~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar